1.
Arti
penting stress
Ketika tubuh
terpapar bahaya ancaman, hasilnya adalah sekumpulan perubahan fisiologis yang
secara umum disebut respons stress –
atau stres saja. Semua stressor
(pengalaman yang menginduksi respons stres), yang bersifat psikologis (misalnya,
kecemasan karena kehilangan pekerjaan) atau fisik (misalnya, paparan dingin
dalam waktu lama), menghasilkan pola inti perubahan fisiologis yang serupa ;
tetapi, stres psikologis kronis (misalnya dalam bentuk ketakutan kronis) adalah
yang paling sering terimplikasi dalam kesehatan (lihat Kiecolt-Glaser et al.,
2002; Krantz & McCeney, 2002; Natelson, 2004).
Hans Selye
adalah yang pertama kali mendeskripsikan respons stres pada 1950-an, dan ia
dengan cepat menengarai sifat gandanya. Dalam jangka pendek, stres menghasilkan
perubahan adaptif yang membantu binatang untuk merespons stresornya (misalnya,
mobilisasi sumber energi); tetapi, dalam jangka panjang ia menghasilkan
perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya kelenjar adrenal yang membesar) –
lihat de Kloet, Joels, dan Holsboer (2005)
Selye
mengatribusikan respons stres pada aktivasi sistem korteks-adrenal
pituitaria-anterior. Ia menyimpulkan bahwa stressor yang mempengaruhi
sirkuit-sirkuit neural menstimulasi pelepasan adrenocorticotropic hormone (ACTH)
dari pituitar anterior, sehingga ACTH pada gilirannya akan memicu pelepasan
glukokortikoid dari korteks adrenal, sehingga glukokortikoid menghasilkan
banyak di antara efek-efek respons stres. (lihat Erickson, Drevets, &
Schulkin, 2003; Schulkin, Morgan, & Rosen, 2005). Kadar glukokortikoid yang
bersilkulasi adalah ukuran fisiologis stres yang paling lazim di terapkan.
Efek-efek stress menurut Hans Selye
Hans Selye
(1946,1976) telah melakukan riset terhadap 2 respon fisiologis tubuh terhadap
stress : Local Adaptation Syndrome (LAS) dan General Adaptation Syndrome (GAS).
Ø Local Adaptation Syndrom (LAS)
Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap
stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka,
akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
Ø Karakteristik dari LAS :
-
Respon yang
terjadi hanya setempat dan tidak melibatkan semua system
-
Respon
bersifat adaptif; diperlukan stressor untuk menstimulasikannya
-
Respon
bersifat jangka pendek dan tidak terus menerus
-
Respon
bersifat restorative.
Sebenarnya respon LAS ini banyak kita temui dalam
kehidupan kita sehari – hari seperti yang diuraikan dibawah ini :
1. Respon inflamasi
respon ini distimulasi oleh adanya trauma dan infeksi.
Respon ini memusatkan diri hanya pada area tubuh yang trauma sehingga
penyebaran inflamasi dapat dihambat dan proses penyembuhan dapat berlangsung
cepat.
2. Respon refleks nyeri
respon ini merupakan respon adaptif yang
bertujuanmelindungi tubuh dari kerusakan lebih lanjut. Misalnya mengangkat kaki
ketika bersentuhan dengan benda tajam.
Ø General Adaptation Syndrom (GAS)
GAS merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh
terhadap stres. Respon yang terlibat didalamanya adalah sistem saraf otonom dan
sistem endokrin. Di beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan Sistem
Neuroendokrin.
Ø Fase Alarm (Waspada)
Melibatkan pengerahan mekanisme
pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis
“fight or flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat,
peredaran darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala
dan ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
Fase alarm melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat
meningkatnya volume darah dan akhirnya menyiapkan individu untuk bereaksi.
Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula darah yang bertujuan untuk
menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi, teraktifasinya epineprin dan
norepineprin mengakibatkan denyut jantung meningkat dan peningkatan aliran
darah ke otot. Peningkatan ambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.
Aktifitas hormonal yang luas ini
menyiapkan individu untuk melakukan “ respons melawan atau menghindar “. Respon
ini bisa berlangsung dari menit sampai jam. Bila stresor masih menetap maka
individu akan masuk ke dalam fase resistensi.
Ø Fase Resistance (Melawan)
Individu mencoba berbagai macam
mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila
teratasi gejala stress menurun àatau normal, tubuh kembali stabil, termasuk
hormon, denyut jantung, tekanan darah, cardiac out put. Individu tersebut
berupaya beradaptasi terhadap stressor, jika ini berhasil tubuh akan
memperbaiki sel-sel yang rusak. Bila gagal maka individu tersebut akan jatuh
pada tahapa terakhir dari GAS yaitu : Fase kehabisan tenaga.
Ø Fase Exhaustion (Kelelahan)
Merupakan fase perpanjangan stress
yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian
terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit
kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak
dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
Tahap ini cadangan energi telah
menipis atau habis, akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres. Ketidak
mampuan tubuh untuk mepertahankan diri terhadap stressor inilah yang akan
berdampak pada kematian individu tersbut.
Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi
penyebab stres
Stress
merupakan salah satu gejala yang memiliki faktor-faktor penyebab,dan akan diuraikan
secara singkat faktor individual & sosial yang menjadi penyebab stress
dibawah ini.
a. Faktor sosial
Selain peristiwa penting, ternyata tugas rutin
sehari-hari juga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa, seperti kecemasan dan
depresi. Dukungan sosial turut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menghadapi
stres.Dukungan sosial mencakup : Dukungan emosional, seperti rasa dikasihi;
dukungan nyata, seperti bantuan atau jasa; dan dukungan informasi, misalnya
nasehat dan keterangan mengenai masalah tertentu.
b. Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia
harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu (predictability).
Tipe-tipe
stress menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis yaitu:
1. Frustasi
Muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai
suatu tujuan.Frustasi adaa yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,bencana
alam,kematian,pengangguran,perselingkuhan,dll)
2. Konflik
Ditimbulkan karena ketidakmampuan memilih dua atau
lebih macam keinginan,kebutuhan atau tujuan.Bentuk konflik digolongkan menjadi
tiga bagian yaitu approach-approach conflict,approach-avoidant
conflict,avoidant-avoidant conflict.
3. Tekanan
Tekanan timbul dalam kehidupan sehari-hari dan dapat
berasal dalam diri individu.Tekanan juga dapat berasal dari luar diri individu.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi individu merasakan
kekhawatiran,kegelisahan,ketegangan,dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali
mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
2.
Jenis-jenis
coping stress
Strategi
Coping berasal dari kata “Cope“ yang berarti lawan, mengatasi
menurut Sarafino (dalam Smet 1994).Strategi coping sebagai suatu proses
dimana individu mencoba untuk mengelola stres yang ada dengan cara tertentu.
Menurut Lazarus & Folkman (dalam Smet, 1994), Strategi coping adalah
suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara
tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan
yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan
dalam menghadapi situasi stressfull.
Folkman
(dalam Yenjeli, 2007) mengartikan strategi coping sebagai perubahan
pemikiran dan perilaku yang digunakan oleh seseorang yang dalam menghadapi
tekanan dari luar maupun dalam yang disebabkan oleh transaksi antara seseorang
dengan lingkungannya yang dinilai sebagai stressor. coping ini nantinya
akan terdiri dari upaya-upaya yang dilakukan untuk mengurangi keberadaan
stressor.
Pengertian
strategi coping lebih dahulu merujuk pada kesimpulan total dari metode
personal, dapat digunakan untuk menguasai situasi yang penuh dengan stres. Strategi
Coping termasuk dalam rangkaian dari kemampuan 9 untuk bertindak pada
lingkungan dan mengelola ganguan emosional kognitif, serta reaksi
psikis.
Menurut
Lazarus pemilihan cara mengatasi masalah ini disebut dengan istilah proses
strategi coping, coping dipandang sebagai faktor yang menentukan
kemampuan manusia untuk melakukan penyesuaian terhadap situasi yang menekan (stressful
life events). Pada dasarnya coping menggambarkan proses aktivitas
kognitif, yang disertai dengan aktivitas perilaku (Folkman, 1984).
Jadi
dapat disimpulkan bahwa strategi coping adalah segala usaha individu
untuk mengatur tuntutan lingkungan dan konflik yang muncul, mengurangi
ketidaksesuaian/kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan
dengan kemampuan individu dalam memenuhi tuntutan tersebut.
Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya
digunakan oleh individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana
individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan
kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping,
dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa individu
menggunakan kedua cara tersebut untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan
dalam berbagai ruang 10 lingkup kehidupan
sehari-hari Lazarus & Folkman ( dalam Yenjeli, 2001). Faktor yang
menentukan strategi mana yang paling banyak atau sering digunakan sangat
tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu
kondisi atau masalah yang dialaminya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi coping ialah strategi atau pilihan cara
berupa respon perilaku dan respon pikiran serta sikap yang digunakan dalam
rangka memecahkan permasalahan yang ada agar dapat beradaptasi dalam situasi
menekan.
3.
Teori
kepribadian sehat menurut Allport dan Carl Rogers
A.
Gordon Allport
Allport
telah menawarkan 49 definisi mengenai kepribadian, pada tahun 1937, kemudia ia
menawarkan defininya yang ke-50, “organisasi dinamis dari sistem psikofisik
individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunyannya” (Allport, 1937, hlm. 48). Organisasi
dinamis disini mengimplikasikan integrasi atau saling keterkaitan dari
beragam aspek kepribadian. Allport memberikan gagasan bahwa manusia adalah
produk dan proses, manusia mempunyai struktur terorganisasi, sementara pada
saat yang bersamaan, mereka memproses kemampuan untuk berubah (Feist &
Feist 2013).
Ø Struktur Kepribadian menurut Allport
1. Disposisi
Personal
Allport
(1961) mendefiniskan disposisi personal sebagai “struktur neuropsikis umum yang
mempunyai kapasitas untuk memberikan respons terhadap banyak stimulus yang
berfungsi ekuivalen, serta untuk memulai dan mengarahkan bentuk perilaku
adaptif dan ekspresif yang konsisten”.
Tingkatan disposisi personal :
-
Disposisi Pokok :
karakteristik yang sangat kuat etau emosi kuat yang bersifat mengatur dan
sangat menonjol, sehingga mendominasi hidup orang-orang tersebut.
-
Disposisi Sentral :
perilaku akibat dari penyesuaian dirinya terhadap lingkungan yang didalamnya
terdapat orang lain.
-
Disposisi Sekunder : merupakan sikap yang cenderung kurang mendapatkan perhatian.
2. Disposisi
Motivasi dan Ekspresif
Beberapa
disposisi akan lebih terasa daripada yang lainnya, dan Allport menyebut
disposisi yang dialami dengan sangat kuat sebagai disposisi
motivasi. Disposisi yang terasa sangat kuat ini mendapatkan motivasinya
dari kebutuhan dan dorongan dasar. Allport (1961) merujuk pada disposisi
personal yang dialami tidak terlalu kuat sebagai diposisi
ekspresif walaupun disposisi tersebut juga mempunyai
kekuatan motivasi.
3. Proprium
Allport
menggunakan istilah propriumuntuk merujuk pada perilaku dan karakteristik yang dianggap
manusia sebagai sesuatu yang penting, sentral, dan hangat dalam kehidupan
mereka.
Ø Karakteristik pribadi yang sehat
Allport
(1961) mengidentifikasi enam kriteria kepribadian yang matang, diantaranya :
1. Perluasan
perasaan diri.
Pribadi ini akan terus mencari untuk dapat mengidentifikasi diri dan
berpartisipasi dalam kejadian yang terjadi di luar diri mereka. Jadi mereka
tidak hanya berpusat pada diri mereka sendiri (self-centered).
2. Hubungan
yang hangat dengan orang lain (Allport, 1961, hlm. 285). Mereka
mempunyai kapasitas untuk mencitai orang lain dalam cara-cara yang intim dan
simpatik dengan orang lain.
3. Keamanan
emosional atau penerimaan diri. Mereka
akan menerima diri mereka apa adanya, dan memiliki apa yang disebut Allport
(1961) sebagai keseimbangan emosional.
4. Persepsi
yang realistis. Mengenai lingkungan di
sekitarnya. Mereka lebih berfokus pada masalah dibanding pada masalah pribadi,
dan lebih berinteraksi dengan duania seperti yang dilihat oleh kebanyakan
orang.
5. Insight
dan humor. Selera
humor yang tidak kasar; yang memberikan kapasitas mereka untuk menertawakan
diri mereka sendiri daripada bergantung pada tema-tema seksual atau kekerasan
untuk membuat orang lain tertawa.
6. Filosofi
kehidupan yang integral. Yakni
manusia yang sehat yang mempunyai tujuan yang jelas mengenai tujuan hidup
mereka.
B. Carl Rogers
Carl Ransom Rogers
(1961), seorang tokoh utama dalam penciptaan psikologi humanistik, membangun teori dan praktek terapinya di atas konsep
tentang “pribadi yang berfungsi penuh”yang
sangat mirip dengan “orang yang mengaktualkan diri” yang dikemukakan oleh
Maslow.
Rogers mempercayai dapat
dipercayanya sifat manusia dan memandang gerak ke arah berfungsi penuh
sebagai suatu kebutuhan dasar. Menurut Rogers, apabila manusia berfungsi secara
bebas,maka dia akan bersifat konstruktif dan dapat dipercaya.Carl R. Rogers mengembangkan
terapi client-centered sebagai reaksi terhadap
apa yangdisebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada
hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus
dari terapi humanistik yang menggarisbawahi tindakan pengalaman klien yang
subjektif dan fenomenalnya.Carl R. Rogers (1902-1987) menjadi terkenal
berkat metoda terapi yang dikembangkannya, yaituterapi yang berpusat pada klien
(client-centered therapy). Tekniknya tersebar luas di kalangan pendidikan,
bimbingan, dan pekerja sosial. Rogers sangat kuat memegang asumsinya
bahwamanusia itu bebas, rasional, utuh, mudah berubah, subjektif,
proaktif, heterostatis, dan sukar dipahami (Alwisol, 2005 : 333). Pendekatan Fenomenologi dari Carl
Rogers konsistenmenekankan pandangan bahwa tingkah laku manusia hanya dapat
dipahami dari bagaimana diamemandang realita hidup secara subyektif (subyektif
experience of reality).Pendekatan ini juga berpendapat bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk menentukannasibnya sendiri, hakekat yang terdalam dari manusia
adalah sifatnya yang bertujuan, dapatdipercaya, dan mengejar
kesempurnaan diri (purposive, trusthworthy, self-perfecting). CarlRogers orang
yang pertama melibatkan penelitian kepada sesi terapi (memakai tape
recorder).Dengan cara itu orang mulai belajar mengenai hakekat psikoterapi dan
proses beroperasinya.
Teori Rogers didasarkan
pada suatu “daya hidup” yang disebut ke cenderungan aktualisasi.Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan
sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap dirimakhluk hidup dan bertujuan
mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi,makhluk hidup bukan
hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yangterbaik
bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan
ataudorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti
kebutuhan untuk udara, air,dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa
cinta, dan sebagainya. Pandangan client centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang
kecenderungan-kecenderungan negative dasar. Sementara beberapa pendekatan
beranggapan bahwa manusiamenurut kodratnya adalah irasional dan
berkecenderungan merusak terhadap dirinya sendirimaupun terhadap orang lain
kecuali jika telah menjalani sosialisasi. Rogers menunjukankepercayaan yang
mendalam pada manusia. Ia memandang manusia terisolasi dan bergerak kemuka,
berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada
intinya yangterdalam.Pandangan tentang manusia yang mositif ini memiliki
implikasi-implikasi bahwa individumemiliki
kesanggupan yang inheren untuk menjauhi maladjustment menuju keadaan
psikologisyang sehat. Model client centered yang dikemukakan oleh Rogers ini menolak konsep
yangmemandang konselor sebagao otoritas yang mengetahui apa yang terbaik bagi
klien dan yangmemandang klien sebagai manusia pasif yang hanya mengikuti
perintah konselor tetapi berakar pada kesanggupan klien untuk sadar
dan membuat keputusannya sendiri.
Struktur
KepribadianSejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan
berkembang, dan ada tigakonstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya:
Organisme, Medan fenomena, dan Self.
1. Organisme.
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
-
Mahkluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi
fisik dan psikologisnyadan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang
terdapat dalam kesadaran setiap saat,yakni persepsi seseorang tentang
kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
-
Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia seperti yang
dialami dan diamatinya.Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan
dapat membentuk tingkah laku.
-
Holisme. Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam
satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki
makna pribadi dan bertujuan, yaitutujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan
mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena.
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal
maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Self (Diri).
Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinyaadalah:
-
Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
-
Bersifat integral dan konsisten.
-
Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
-
Dapat berubah karena kematangan dan belajar. Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat
kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembanganorang lain
Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya
tampaknyamerupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi
dan bertanggung jawabdi dalamnya. Selain itu gagasan bahwa seseorang harus
dapat memberikan respon secara realististerhadap dunia sekitarnya masih
sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskansubjektivitas
dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara
objektif.Rogers juga mengabaikan aspek-aspek tidak sadar dalam tingkah laku
manusia karena ia lebihmelihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan,
bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik
yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Referensi:
Soetjipto, Helly Prajitno dan Sri Mulyani Soetjipto. Biopsikologi (terj). 2012. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar