Senin, 23 Maret 2015

Artikel 2 - Psikoterapi dan Konseling

A.    Perbedaan Terapi dan Konseling
Menurut Gladding (dalam Lesmana, 2008) definisi konseling profesional yang diterima oleh American Counseling Assocation (ACA) adalah:
Aplikasi dari prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau perkembangan manusia melalui intervensi kognitif, afektif, behavioral atau sistemik, strategi yang memperhatikan kesejahteraan (wellness), pertumbuhan pribadi, atau pengembangan karir, tetapi juga patologi.
Berkaitan dengan definisi di atas, maka konseling terkait dengan:
-          Keprihatinan pada kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, karir dan juga patologi. Berkaitan dengan bidang-bidang yang melibatkan hubungan antar manusia dan hubungan dengan dirinya sendiri, berhubungan dengan menemukan makna hidup dan penyesuaian dalam berbagai sutuasi.
-          Untuk orang-orang yang dianggap masih berfungsi normal.
-          Berdasarkan teori dan berlangsung dalam setting yang terstruktur.
-          Suatu proses dimana klien belajar bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah laku, merasa dan berpikir (berhubungan dengan pilihan dan perubahan).

Mengenai Psikoterapi, menurut Gladding (dalam Lesamana, 2008), menyebutkan hal-hal berikut:
-          Berhubungan dengan masalah gangguan jiwa yang lebih serius
-          Lebih menekankan pada yang lalu daripada yang sekarang
-          Lebih menekankan pada insight daripada perubahan
-          Terapis menyembunyikan dan tidak menjelaskan tentang nilai-nilai dan perasaan
-          Peran terapis sebagai ahli bukan sharing partner
-          Perubahan-perubahan rekonstruktif
-          Hubungan jangka panjang (20-40 sesi)
Mengenai hubungan terapeutis menurut Rogers (dalam Lesamana, 2008) hubungan terapis merupakan hubungan interpersonal yang khusus sedangkan dalam konseling pada umumnya hubungan antara konselor dan konseli adalah setara. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan konseling dan terapi terutama pada kedalaman analisis masalah yang terdapat, juga ada penekanan pada perbedaan subyek untuk konseling dan terapi. Konseling menekankan pada hal-hal yang sadar dan masa sekarang sedangkan terapi pada masa lalu. Sifat gangguan yang ditangani oleh konseling dan terapi juga berbeda, pada konseling lebih pada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan masalah, sedangkan terapi menangani masalah-masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.

B.     Pendekatan Psikoterapi dengan Mental Illness
Dari sekian banyak metode psikoterapi yang ada, bisa dikategorikan dalam lima pendekatan, yaitu:
1.      Psychoanalysis & Psychodynamic
Pendekatan ini fokus pada mengubah masalah perilaku, perasaan dan pikiran dengan cara memahami akar masalah yang biasanya tersembunyi di pikiran bawah sadar. Psychodynamic (Psikodinamik) pertama kali diciptakan oleh Sigmund Feud (1856-1939), seorang neurologist dari Austria. Teori dan praktek psikodinamik sekarang ini sudah dikembangkan dan dimodifikasi sedemikian rupa oleh para murid dan pengikut Freud guna mendapatkan hasil yang lebih efektif. Tujuan dari metode psikoanalisis dan psikodinamik adalah agar klien bisa menyadari apa yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan adanya masalah di bawah sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu, klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi). Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan psikodinamik adalah: Ego State Therapy, Part Therapy, Trance Psychotherapy, Free Association, Dream Analysis, Automatic Writing, Ventilation, Catharsis dan lain sebagainya.

2.      Behavior Therapy
Pendekatan terapi perilaku (behavior therapy) berfokus pada hukum pembelajaran. Bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh proses belajar sepanjang hidup. Tokoh yang melahirkan behavior therapy adalah Ivan Pavlov yang menemukan “classical conditioning” atau “associative learning”. Inti dari pendekatan behavior therapy adalah manusia bertindak secara otomatis karena membentuk asosiasi (hubungan sebab-akibat atau aksi-reaksi). Misalnya pada kasus fobia ular, penderita fobia mengasosiasikan ular sebagai sumber kecemasan dan ketakutan karena waktu kecil dia penah melihat orang yang ketakutan terhadap ular. Dalam hal ini, penderita telah belajar bahwa "ketika saya melihat ular maka respon saya adalah perilaku ketakutan". Tokoh lain dalam pendekatan Behavior Therapy adalah E.L. Thorndike yang mengemukakan konsep operant conditioning, yaitu konsep bahwa seseorang melakukan sesuatu karena berharap hadiah dan menghindari hukuman. Berbagai metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan behavior therapy adalah Exposure and Respon Prevention (ERP), Systematic Desensitization, Behavior Modification, Flooding, Operant Conditioning, Observational Learning, Contingency Management, Matching Law, Habit Reversal Training (HRT) dan lain sebagainya.

3.      Cognitive Therapy
Terapi Kognitif (Cognitive Therapy) punya konsep bahwa perilaku manusia itu dipengaruhi oleh pikirannya. Oleh karena itu, pendekatan Cognitive Therapy lebih fokus pada memodifikasi pola pikiran untuk bisa mengubah perilaku. Pandangan Cognitive Therapy adalah bahwa disfungsi pikiran menyebabkan disfungsi perasaan dan disfungsi perilaku. Tokoh besar dalam cognitive therapy antara lain Albert Ellis dan Aaron Beck. Tujuan utama dalam pendekatan cognitive adalah mengubah pola pikir dengan cara meningkatkan kesadaran dan berpikir rasional. Beberapa metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan Cognitive adalah Collaborative Empiricism, Guided Discovery, Socratic Questioning, Neurolinguistic Programming, Rational Emotive Therapy (RET), Cognitive Shifting. Cognitive Analytic Therapy (CAT)  dan sebagainya.

4.      Humanistic Therapy
Pendekatan Humanistic Therapy menganggap bahwa setiap manusia itu unik dan setiap manusia sebenarnya mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Setiap manusia dengan keunikannya bebas menentukan pilihan hidupnya sendiri. Oleh karena itu, dalam terapi humanistik, seorang psikoterapis berperan sebagai fasilitator perubahan saja, bukan mengarahkan perubahan. Psikoterapis tidak mencoba untuk mempengaruhi klien, melainkan memberi kesempatan klien untuk memunculkan kesadaran dan berubah atas dasar kesadarannya sendiri. Metode psikoterapi yang termasuk dalam pendekatan humanistik adalah Gestalt Therapy, Client Cantered Psychotherapy, Depth Therapy, Sensitivity Training, Family Therapies, Transpersonal Psychotherapy dan Existential Psychotherapy.

5.      Integrative / Holistic Therapy
Jika seorang klien mengalami komplikasi gangguan psikologis yang mana tidak cukup bila ditangani dengan satu metode psikoterapi saja. Oleh karena itu, digunakan beberapa metode psikoterapi dan beberapa pendekatan sekaligus untuk membantu klien. Hal ini disebut Integrative Therapy atau Holistic Therapy, yaitu suatu psikoterapi gabungan yang bertujuan untuk menyembuhkan mental seseorang secara keseluruhan.

C.    Bentuk Utama Terapi
Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu :
1.      Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy)
Bertujuan untuk 1) Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada, 2) Memperluas mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik, 3) Perbaikan ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau pendekatan: bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.

2.      Penyembuhan Redukatif (Reeducative Therapy)
Bertujuan untuk mengubah pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.

3.      Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Bertujuan untuk tercapainya tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.

Daftar Pustaka:
Lesmana, Jeanette Murad. (2008). Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia             (UI-Press).
Gunarsah, Singgih D. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
https://ardycupu.wordpress.com/2013/03/17/psikoterapi/ (Diakses pada 23 Maret 2015 pukul        01.00 WIB)
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/125933547/name/Psikoterapi.doc (Diakses pada 23          Maret 2015 pukul 01.00 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar