A.
Perbedaan Psikoterapi dan Konseling
Menurut Gladding
(dalam Lesmana, 2008) definisi konseling profesional yang diterima oleh American Counseling Assocation (ACA)
adalah:
Aplikasi dari
prinsip-prinsip kesehatan mental, psikologi, atau perkembangan manusia melalui
intervensi kognitif, afektif, behavioral atau sistemik, strategi yang
memperhatikan kesejahteraan (wellness),
pertumbuhan pribadi, atau pengembangan karir, tetapi juga patologi.
Berkaitan dengan
definisi di atas, maka konseling terkait dengan:
-
Keprihatinan pada kesejahteraan,
pertumbuhan pribadi, karir dan juga patologi. Berkaitan dengan bidang-bidang
yang melibatkan hubungan antar manusia dan hubungan dengan dirinya sendiri,
berhubungan dengan menemukan makna hidup dan penyesuaian dalam berbagai
sutuasi.
-
Untuk orang-orang yang dianggap masih
berfungsi normal.
-
Berdasarkan teori dan berlangsung dalam setting yang terstruktur.
-
Suatu proses dimana klien belajar
bagaimana membuat keputusan dan memformulasikan cara baru untuk bertingkah
laku, merasa dan berpikir (berhubungan dengan pilihan dan perubahan).
-
Berhubungan dengan masalah gangguan jiwa
yang lebih serius
-
Lebih menekankan pada yang lalu daripada
yang sekarang
-
Lebih menekankan pada insight daripada perubahan
-
Terapis menyembunyikan dan tidak
menjelaskan tentang nilai-nilai dan perasaan
-
Peran terapis sebagai ahli bukan sharing partner
-
Perubahan-perubahan rekonstruktif
-
Hubungan jangka panjang (20-40 sesi)
Mengenai hubungan
terapeutis menurut Rogers (dalam Lesamana, 2008) hubungan terapis merupakan hubungan
interpersonal yang khusus sedangkan dalam konseling pada umumnya hubungan
antara konselor dan konseli adalah setara. Dapat disimpulkan bahwa perbedaan
konseling dan terapi terutama pada kedalaman analisis masalah yang terdapat,
juga ada penekanan pada perbedaan subyek untuk konseling dan terapi. Konseling menekankan
pada hal-hal yang sadar dan masa sekarang sedangkan terapi pada masa lalu. Sifat
gangguan yang ditangani oleh konseling dan terapi juga berbeda, pada konseling
lebih pada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan masalah, sedangkan terapi
menangani masalah-masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.
B.
Mental
Illness
1.
Biological
- Keturunan, Peran yang pasti sebagai penyebab belum jelas,
mungkin terbatas dalam mengakibatkan kepekaan untuk mengalami gangguan jiwa
tapi hal tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan yang tidak
sehat.
- Jasmaniah,
beberapa penyelidik berpendapat bentuk
tubuh seorang berhubungan dengan gangguan jiwa tertentu, Misalnya yang bertubuh
gemuk / endoform cenderung menderita psikosa manik defresif, sedang yang kurus/
ectoform cenderung menjadi skizofrenia
- Teperamen,
Orang yang terlalu peka/ sensitif
biasanya mempunyai masalah kejiwaan dan ketegangan yang memiliki kecenderungan
mengalami gangguan jiwa
- Penyakit dan cedera tubuh, Penyakit-penyakit tertentu misalnya penyakit
jantung, kanker dan sebagainya, mungkin menyebabkan merasa murung dan sedih.
Demikian pula cedera/cacat tubuh tertentu dapat menyebabkan rasa rendah diri.
2.
Psychological
Bermacam pengalaman
frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami akan mewarnai sikap,
kebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang manusia dapat dibagi atas
7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.
- Masa Bayi,
Yang dimaksud masa bayi adalah menjelang usia 2 th – 3 th
- Masa Anak pra Sekolah,
(antara 2 sampai 7 tahun) Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan telah
tumbuh disiplin dan otoritas. Hal-hal yang penting pada saat ini adalah :
Hubungan orang tua – anak.
- Masa Anak Sekolah,Masa
ini ditandai oleh pertumbuhan jasmaniah dan intelektual yang pesat. Pada masa
ini, anak mulai memperluas lingkungan pergaulannya. Keluar dari batas-batas
keluarga. Masalah-masalahn penting yang timbul : Perkembangan jasmani
Kekurangan atau cacat jasmaniah dapat menimbulkan gangguan penyesuaian diri.
Dalam hal ini sikap lingkungan sangat berpengaruh, anak mungkin menjadi rendah
diri atau sebaliknya melakukan komprensasi yang positif atau komprensasi
negatif. Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi Sekolah adalah tempat yang
baik untuk seorang anak mengembangkan kemampuan bergaul dan memperluas
sosialisasi, menguji kemampuan, dituntut prestasi, mengekang atau memaksakan
kehendaknya meskipun tak disukai.
- Masa Remaja,
Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahan-perubahan yang penting yaitu
timbulnya tandatanda sekunder (ciri-ciri diri kewanitaan atau kelaki-lakian)
Sedang secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan pergolakan yang hebat.
pada masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, disuatu fihak
ia merasa sudah dewasa (hak-hak seperti orang dewasa), sedang dilain fihak
belum sanggup dan belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.
- Masa Dewasa Muda,
Seorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia akan cukup
memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia akan berhasil
mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Sebaliknya yang mengalami banyak
gangguan pada masa sebelumnya, bila mengalami masalah pada masa ini mungkin
akan mengalami gangguan-gangguan jiwa.
- Masa Dewasa Tua,
Sebagai patokan masa ini dicapai kalau status pekerjaan dan sosial seseorang
sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul : Menurunnya keadaan jasmaniah
Perubahan susunan keluarga (berumah tangga, bekerjan) maka orang tua sering
kesepian Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam bidang
pekerjaan atau perbaikan kesalahan yang lalu.
- Masa Tua,
Ada dua hal yang penting yang perlu diperhatikan pada masa ini Berkurangnya
daya tanggap, daya ingat, berkurangnya daya belajar, kemampuan jasmaniah dan
kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa cemas dan rasa tidak aman serta
sering mengakibatkan kesalah pahaman orang tua terhadap orang
dilingkungannya.Perasaan terasing karena kehilangan teman sebaya keterbatasan
gerak dapat menimbulkan kesulitan emosional yang cukup hebat.
3.
Sociological
Kebudayaan
secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat maupun yang tidak
terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung menimbulkan gangguan
jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala. Disamping
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang misalnya
melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
C. Bentuk-Bentuk Terapi
Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan
psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu :
1. Penyembuhan
Supportif (Supportive Therapy)
Bertujuan untuk
1) Mendukung funksi-funksi ego, atau memperkuat mekanisme defensi yang ada, 2) Memperluas
mekanisme pengendalian yang dimiliki dengan yang baru dan lebih baik, 3) Perbaikan
ke suatu keadaan keseimbangan yang lebih adaptif.
Cara atau
pendekatan: bimbingan, reassurance,
katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi minat, manipulasi
lingkungan, terapi kelompok.
2. Penyembuhan
Redukatif (Reeducative Therapy)
Bertujuan untuk mengubah
pola perilaku dengan meniadakan kebiasaan (habits)
tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih menguntungkan. Cara atau
pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, psikodrama, dll.
3. Penyembuhan
Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
Bertujuan untuk tercapainya
tilikan (insight) akan
konflik-konflik nirsadar, dengan usaha untuk mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang. Cara atau pendekatan: Psikoanalisis
klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung, Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut,
dll.), psikoterapi berorientasi psikoanalitik atau dinamik.
Daftar
Pustaka:
Lesmana,
Jeanette Murad. (2008). Dasar-dasar
Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
file:///C:/Users/USER/Desktop/penyebab-gangguan-jiwa.pdf
(Diakses pada 23 Maret 2015 pukul
01.00 WIB)
https://ardycupu.wordpress.com/2013/03/17/psikoterapi/
(Diakses pada 23 Maret 2015 pukul 01.00
WIB)
http://xa.yimg.com/kq/groups/20899393/125933547/name/Psikoterapi.doc
(Diakses pada 23 Maret 2015 pukul
01.00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar