Psikologi humanistik merupakan salah
satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar
pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan.
Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl
Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya
mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang :
self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya.
Abraham Maslow Yang terkenal dengan
teori aktualisasi diri di lahirkan di New York pada tahun 1908. Ia
meninggal di Calivornia pada tahun1907. Maslow seorang anak yang pandai
mejalani hubungan yang baik dengan ibunya yang otoriter yang sering kali
melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya pada masa kecil sebagai
seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic. Tetapi ,maslow tidak
selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri. Ia sepenuhnya
menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal yang mengispirasi
banyak perubahan masyarakat kearah yang positif.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan
tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi
dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat
dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi,
tujuan dan pemaknaan.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan
psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya
telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang,
yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow,
yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya.
Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada
berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan
ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia
alih – alih suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk
mempengaruhi klien. Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan
terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi
tentang manusia.
Banyak ahli psikologi amerik yang
menunjukkan keprcayaan pada definisi-definisi operasional dan hipotesis yang
bisa diuji serta memandang usaha memperoleh data empriris sebagai satu-satunya
pendekatan yang sahih guna memperoleh informasi tentang tngkah laku manusia.
Pendekatan eksis tansial-humanistik, di lain pihak, menekankan
renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.
Banyak ahli psikologi yang berorientasi eksistensial yang mengajukan argumen
menentang pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metode yang
digunakan oleh ilmu pengetahuan alam.
Tujuan dasar banyak pendekatan
psikoterapi adalah membantu individu agar mampu bertinak, menerima kebebasan
dan tanggungjawab untuk tindaknnya. Terapi eksistansial humanistik berpijak
pada premis bahwa manusia tidak bisa melarikan diri dari kebebasan dan bahwa
kebebasan dan tanggungjawab itu saling berkaitan.
Filsafat dasar dari terapi
eksistansial humanistik adalah berfokus pada sifat dan kondisi manusia yang
mencangkup untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukkan nasib sendiri,
kebebasan dan tanggungjawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendirian dan berada
dalam hubungan dengan orang lain, keterhinggaan dan kematian, dan kecenderungan
mengaktualkan diri.
Tujuan dari terapi eksistansial
humanistik adalah menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri
dan pertumbuhan. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
Membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dengan memperluas
kesadaran diri. Membantu klien agar bebas dan bertanggungjawab atas arah
kehidupannya sendiri.
Hubungan terapis dalam terapi
eksistansial humanistik adalah terapis memiliki tugas utama menangkap secara
akurat ada-dalam-dunia klien serta menciptakan suatu pertemuan yang personal
dan otentik dengan klien. Klien menemukan keunikan diri dalam hubungannya
dengan terapis. Pertemuan antar manusia, keberadaan hubungan terapis-klien dan
keotentikan pertemuan di sni-dan-sekarang ditekankan. Baik klien maupun terapis
bisa berubah melalui pertemuan.
Teknik terapi eksistansial
humanistik hanya sedikit yang dikembangkan, sebab pandangan ini mendahulukan
alih-alih teknik. Terapi eksistansial humanistik bisa meminjam teknik-teknik
dari pendekatan lain. diagnosis, pengetesan, dan pengukuran-pengukuran
eksternal tidak di pandang penting. Pendekatan ini bisa sangat konfrontatif.
Model ini menyajikan suatu
pendekatan bagi konseling dan terapi individual serta kelompok dan untuk
menangani anak-anak dan para remaja, dan berguna untuk diintergrasikan ke dalam
praktek-praktek di sekolah. Sumbangan utamanya adalah penekanannya pada
kebutuhan akan pendekatan subjektif yang berlandaskan suatu pandangan yang
lengkap mengenai apa artinya menjadi manusia. Terapi ini mengingatkan suatu pernyataan folosofis mengenai apa
artinya menjadi pribadi.
Sumber:
Corey,
G. (1999). Teori dan praktek konseling
dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar