Penelitian Psikologi dan Internet
1.
Publikasi
Online
Publikasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengumuman, penerbitan.
Publikasi online sendiri berarti menerbitkan data berupa gambar, video, karya
tulis, jurnal, hasil peneltian, bisnis, dan lain sebagainya. Salah satu manfaat
bagi hasil penelitian psikologi dengan menggunakan publikasi online adalah
mempermudah orang lain untuk membaca hasil penelitian sang peneliti. Dengan
kemajuan zaman yang sangat pesat, orang-orang lebih memlilih mengakses
informasi melalui internet dengan alasan efisiensi biaya dan waktu.
Dengan
adanya internet kita dapat mempermudah banyak hal, diantaranya pencarian
informasi yang sangat mudah dan cepat. Kita tidak perlu mencari informasi yang
kita butuhkan selama berjam-jam di perpustakaan dan yang terpenting adalah informasi
mengenai hasil-hasil peneleitian mengenai psikologi lebih cepat di perbaharui
(up date) sehingga tidak ketinggalan zaman dan sesuai perkembangan yang terjadi
di masyarakat.
2.
Etika
Penelitian dalam Internet
Peraturan
yang harus dilakukan dalam etika penelitian dalam Internet yaitu:
a.
Menghormati martabat subjek
penelitiana
Penelitian yang
dilakukan harus manjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam
melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.
b.
Asas kemanfaatan.
Penelitian yang
dilakukan harus mepertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi.
Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada
resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan
tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
c.
Berkeadilan.
Dalam melakukan
penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak
asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.
d.
Informed consent.
Informed consent merupakan
pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut
serta dalam penelitian. Aspek utama informed consent yaitu informasi,
komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan
tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian,
tatacara penelitian, manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi,
dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja. Dalam
Penelitian yang dilakukan harus menghargai kebebasan individual untuk bertindak
sebagai responden atau subjek penelitian dalam melakukan survey di internet.
Responden harus dijamin dan dilindungi karena pengambilan data dalam penelitian
akan menyinggung ke arah hak asasi manusia. Meskipun suatu penelitian sangat
bermanfaat namun apabila melanggar etika penelitian maka penelitian tersebut
tidak boleh dilaksanakan.
3.
Hasil
Penelitian Psikologi di Internet
Ø Komputer dan
Internet Mengubah Ingatan Manusia
Komputer dan internet mengubah sifat
ingatan manusia, demikian kesimpulan penelitian yang dimuat di majalah Science.
Penelitian psikologi menunjukkan bahwa jika seseorang diajukan
pertanyaan-pertanyaan sulit, mereka akan memikirkan komputer. Ketika mereka
mengetahui bahwa berbagai fakta nantinya akan didapat lewat komputer maka
ingatan mereka menjadi tidak begitu baik karena mereka mengetahui dapat
mengandalkan sumber lain. Para peneliti mengatakan internet bertindak sebagai
"ingatan transaktif". Penulis laporan Betsy Sparrow dari
Universitas Columbia mengatakan ingatan transaktif "adalah ide adanya
sumber ingatan luar-tempat penyimpanan di pihak lain". "Ada
ahli-ahli hal tertentu dan kita membiarkan mereka bertanggung jawab atas
informasi tersebut," katanya.
Penulis lain laporan Daniel Wegner,
yang pertama kali mengusulkan konsep ingatan transaktif dalam bab sebuah buku
berjudul Ketergantungan Kognitif pada Hubungan Dekat, menemukan pasangan yang
sudah lama hidup bersama saling membantu saat mengingat sesuatu.
"Saya berpikir internet menjadi
sebuah bentuk ingatan transaktif dan saya ingin mengujinya," kata Dr
Sparrow.
Di mana, bukan apa
Bagian pertama pengkajian adalah
menguji apakah peserta penelitian "langsung" memikirkan komputer dan
internet begitu diajukan pertanyaan sulit. Tim menggunakan tes Stroop yang
dimodifikasi.
Tes Stroop standar mengukur berapa
lama waktu yang diperlukan partisipan untuk membaca sebuah kata warna sementara
kata tersebut berbeda warna, misalnya kata "hijau" ditulis dengan
warna biru. Waktu reaksi meningkat ketika, bukannya kata warna, para
partisipan ditanyakan untuk membaca kata-kata tentang topik yang kemungkinan
sudah ada dalam pikiran. Dengan cara ini tim peneliti menunjukkan bahwa,
setelah diberikan topik dengan jawaban ya/tidak, waktu reaksi terhadap istilah
yang terkait dengan internet sangat lebih lama. Ini adalah sebuah isyarat
partisipan tidak mengetahui jawaban, dan mereka sudah mempertimbangkan untuk
menjawab dengan menggunakan komputer.
Dalam percobaan lebih mendalam para
peserta penelitian diberikan serangkaian fakta. Setengahnya diminta
menyimpannya pada sejumlah folder di komputer, setengahnya
diberitahu bahwa fakta-fakta tersebut akan dihapus. Ketika diminta untuk
mengingat fakta tadi, kelompok yang mengetahui informasi tidak akan didapat
lagi menunjukkan kinerja yang sangat lebih baik dibandingkan kelompok yang
menyimpan fakta dalam berkas di komputer.
Tetapi kelompok yang mengharapkan
informasi tersebut akan didapat nantinya, sangat bagus ingatannya dalam
mengingat folder tempat penyimpanan informasi. "Ini
mengisyaratkan bahwa dalam kaitan dengan berbagai hal yang bisa kita dapatkan
di internet, kita cenderung menempatkan ingatan online kita cenderung
menyimpannya di luar," kata Dr Sparrow.
Dia mengatakan kecenderungan
partisipan untuk mengingat lokasi informasi, bukannya informasi itu sendiri,
merupakan isyarat orang semakin tidak bisa mengingat sesuatu, mereka hanya
mengatur penempatan informasi dalam jumlah besar agar nantinya mudah didapat.
"Saya tidak menganggap Google
membuat kita bodoh, kita hanya mengubah cara mengingat. Jika kita
bisa mendapatkannya di internet meskipun sedang berjalan-jalan, maka
ketrampilan yang diperlukan, yang perlu diingat adalah ke mana harus
mendapatkan informasi. Sama seperti dalam kaitannya dengan orang, ketrampilan
yang diperlukan adalah mengingat siapa yang perlu ditemui (untuk mengetahui hal
tertentu)," katanya.
Ø Efek
Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental
Beberapa waktu lalu muncul laporan
mengenai tanda-tanda orang kecanduan Facebook atau situs jejaring sosial
lainnya, misalnya Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin
mengomentari perubahan status teman. Anda juga rajin membaca profil teman lebih
dari dua kali sehari meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di
fotonya.
Laporan terbaru dari The Daily Mail
menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook atau MySpace juga
bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri.
Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan
respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental.
Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs
jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan
teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada
rekan Anda saat ini.
Suatu hubungan mulai menjadi kering
ketika para individunya tak lagi menghadiri sosial gathering, menghindari
pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama
menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan
rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena "berpisah" dari
komputernya.
Si pengguna akhirnya tertarik ke
dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing
yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam
berkomunikasi secara face-to-face. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko
kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia
(kepikunan), demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal
yang dirilis oleh The Institute of Biology.
Pertemuan secara face-to-face
memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level
hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling
berinteraksi berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa
gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap
stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial
yang dilakukan seseorang dengan yang lain.
Menurutnya, media elektronik juga
menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa
muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. "Salah
satu perubahan yang paling sering dilontarkan dalam kebiasaan sehari-hari
penduduk Inggris adalah pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah
menit per hari. Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang mengatakan bahwa
tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting menjadi
berlipat."
Kerusakan fisik juga sangat mungkin
terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam
setiap hari, Anda dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit
punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang yang
menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer. Jika pada malam hari
Anda masih sibuk mengomentari status teman Anda, Anda juga kekurangan
waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk
berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan.
Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer juga akan jarang
berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik
yang lemah, bahkan obesitas.
Tidak heran jika Dr Sigman
mengkhawatirkan arah dari masalah ini. "Situs jejaring sosial seharusnya
dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang kami temukan sangat
berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat
meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah,"
tegasnya.
Namun, bila aktivitas Facebook Anda
masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya
Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita
pikun.
Ø Rajin
Twitter-an Sama dengan Rajin Masturbasi
Penelitian: Rajin Twitter-an Sama
dengan Rajin Masturbasi. Kebiasaan masturbasi bisa dilihat dari aktivitas
seseorang di jejaring sosial khususnya Twitter. Survei membuktikan, seseorang
yang rajin nge-tweet umumnya 2 kali lebih doyan melampiaskan hasrat seksualnya
dengan tangan sendiri.
Survei tersebut dilakukan terhadap
21.315 pengguna situs perjodohan OK Cupid dengan rentang usia antara 18-24
tahun. Peneliti mengamati seberapa sering para responden beraktivitas di
Twitter, lalu membandingkan dengan kecenderungannya untuk masturbasi.
Hasilnya cukup mengejutkan, sebagian
besar responden dari kelompok yang rajin nge-tweet setiap hari mengaku sering
masturbasi. Rasionya 2:1 bila dibandingkan dengan kecenderungan masturbasi pada
kelompok responden yang hanya nge-tweet beberapa hari sekali.
Seorang pakar psikologi seksual dari
Amerika Serikat, Dr Kat Van Kirk menduga penyebabnya adalah kemudahan akses
terhadap ‘stimulasi visual’. Pengguna Twitter selalu terhubung dengan internet,
sehingga lebih dekat dengan gambar atau video yang bisa merangsang birahi.
“Level komunikasi pada pengguna
Twitter lebih tinggi dibanding yang lain. Jika mereka banyak waktu untuk
nge-tweet, mereka pasti juga punya waktu untuk masturbasi,” ungkapnya seperti
dikutip dari MensHealth.com, Senin (25/4/2011).
Meski begitu, tidak semua pakar
sependapat dengan hasil survei tersebut. Pakar kesehatan reproduksi dari
Indiana University, Debby Herbenick, PhD menilai survei informal semacam itu
terlalu lemah untuk ditarik kesimpulan yang bisa berlaku umum. Terlebih, para
pengguna Twitter cenderung bersifat lebih ekstrovert atau terbuka untuk
menyampaikan pendapat. Tanpa metode yang valid, survei itu bisa saja diartikan
bahwa para pengguna Twitter hanya lebih jujur mengakui kebiasaannya melakukan
masturbasi.
4. Teknik Penelitian Online
Teknik
penelitian yang banyak digunakan pada penelitian online adalah teknik survey. Dalam kamus
disebutkan pengertian survey,
yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey lebih
berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana indikator mengenai
variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada
responden baik secara lisan maupun tertulis. Survey biasanya dilakukan satu
kali. Peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi. Jadi
perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang terjadi dengan
sendirinya.
Penelitian survey termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif , meskipun dalam survey sudah banyak dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang sudah mulai melakukan ‘inferensial’, melakukan prediksi tertentu. Contoh soal: Sensus penduduk biasanya dilakukan setiap lima tahun dan menjelang pemilihan umum. Di antara sensus yang dilakukan lima tahun sekali, biasanya dilakukan SUPAS (survey penduduk antar sensus). Karena hanya survey, maka berlaku teknik sampling. Tidak semua pendudiuk dijadikan responden. Dalam hal ini hasil survey diharapkan sanggup ‘menginferens, meramalkan dalam tingkatan tertentu terhadap situasi dan kondisi kependudukan pada umumnya.
Pada halaman berikutnya adalah bagan proses survey. Bagan seperti ini tidak harus selalu tetap alurnya, namun pada umumnya tidak akan berbeda jauh dengan kenyataan di lapangan, yaitu kegiatan sebelum, selama, dan setelah melakukann kegiatan penelitian di lapangan. Prosedurnya cukup rumit dan terkadang membingungkan peneliti, karena banyaknya arus atau alur kerja yang perlu dijalani. Mulai dari tahap merumuskan masalah hingga menyangkut penentuan wilayah penelitian, pengumpulan data dan analisis data, serta interpretasi data. Disamping itu masalah perijinan juga tidak bisa dianggap sepele, karena tanpa ijin dari instansi terkait, biasanya kegiatan penelitian mendapat banyak hambatan.
Penelitian survey termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif , meskipun dalam survey sudah banyak dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang sudah mulai melakukan ‘inferensial’, melakukan prediksi tertentu. Contoh soal: Sensus penduduk biasanya dilakukan setiap lima tahun dan menjelang pemilihan umum. Di antara sensus yang dilakukan lima tahun sekali, biasanya dilakukan SUPAS (survey penduduk antar sensus). Karena hanya survey, maka berlaku teknik sampling. Tidak semua pendudiuk dijadikan responden. Dalam hal ini hasil survey diharapkan sanggup ‘menginferens, meramalkan dalam tingkatan tertentu terhadap situasi dan kondisi kependudukan pada umumnya.
Pada halaman berikutnya adalah bagan proses survey. Bagan seperti ini tidak harus selalu tetap alurnya, namun pada umumnya tidak akan berbeda jauh dengan kenyataan di lapangan, yaitu kegiatan sebelum, selama, dan setelah melakukann kegiatan penelitian di lapangan. Prosedurnya cukup rumit dan terkadang membingungkan peneliti, karena banyaknya arus atau alur kerja yang perlu dijalani. Mulai dari tahap merumuskan masalah hingga menyangkut penentuan wilayah penelitian, pengumpulan data dan analisis data, serta interpretasi data. Disamping itu masalah perijinan juga tidak bisa dianggap sepele, karena tanpa ijin dari instansi terkait, biasanya kegiatan penelitian mendapat banyak hambatan.
Ø Survey
sampling
Survey
sampling artinya kegiatan survey yang menggunakan sampling. Di sini maksudnya
adalah tidak semua unit analisis dalam populasi diamati satu per satu, akan
tetapi hanya sebagian saja, yang diwakili oleh sampel. Proses pengambilan
sampel dikenal dengan teknik sampling. Ukuran sampel bisa beragam karena
bergantung kepada berbagai faktor dan pertimbangan, baik teknik maupun statistik.
Ø Istilah
teknis
Objek
(atau subjek) penelitian disebut unit analisis, bisa berupa orang secara
perorangan, kelompok, desa, kota, wilayah, jajaran katalog kartu, nomor
klasifikasi, buku, dsb. Jumlah keseluruhan unit analisis ini disebut populasi
atau universe. Setiap entitas (satuan) dari populasi yang merupakan sasaran
sampling disebut sampling element (unsur sampling), baik tunggal maupun
kolektif. Sedangkan yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar semua
unit yang digambarkan dalam sampling secara lengkap.
Kalau populasinya adalah jumlah penduduk kota Bandung, maka kerangka samplingnya adalah seluruh penduduk tersebut dari nomor satu hingga ke nomor terakhir. Misalnya 3 juta penduduk. Berat bukan, jika tidak dilakukan sampling.
Kalau populasinya adalah jumlah penduduk kota Bandung, maka kerangka samplingnya adalah seluruh penduduk tersebut dari nomor satu hingga ke nomor terakhir. Misalnya 3 juta penduduk. Berat bukan, jika tidak dilakukan sampling.
Sampel adalah sebagian dari penduduk
yang secara sampling ditetapkan menjadi unit sampling. Misalnya hanya 2500
orang. Itu adalah contoh sampling. Secara teknis hal ini akan dibicarakan pada
bagian tersendiri.
Daftar Pustaka:
Reference:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar