Rabu, 29 Januari 2014

Penelitian Psikologi dan Internet

Penelitian Psikologi dan Internet

1.      Publikasi Online
Publikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengumuman, penerbitan. Publikasi online sendiri berarti menerbitkan data berupa gambar, video, karya tulis, jurnal, hasil peneltian, bisnis, dan lain sebagainya. Salah satu manfaat bagi hasil penelitian psikologi dengan menggunakan publikasi online adalah mempermudah orang lain untuk membaca hasil penelitian sang peneliti. Dengan kemajuan zaman yang sangat pesat, orang-orang lebih memlilih mengakses informasi melalui internet dengan alasan efisiensi biaya dan waktu.
Dengan adanya internet kita dapat mempermudah banyak hal, diantaranya pencarian informasi yang sangat mudah dan cepat. Kita tidak perlu mencari informasi yang kita butuhkan selama berjam-jam di perpustakaan dan yang terpenting adalah informasi mengenai hasil-hasil peneleitian mengenai psikologi lebih cepat di perbaharui (up date) sehingga tidak ketinggalan zaman dan sesuai perkembangan yang terjadi di masyarakat.

2.      Etika Penelitian dalam Internet
Peraturan yang harus dilakukan dalam etika penelitian dalam Internet yaitu:
a.      Menghormati martabat subjek penelitiana
Penelitian yang dilakukan harus manjunjung tinggi martabat seseorang (subjek penelitian). Dalam melakukan penelitian, hak asasi subjek harus dihargai.
b.      Asas kemanfaatan.
Penelitian yang dilakukan harus mepertimbangkan manfaat dan resiko yang mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang diperoleh lebih besar daripada resiko/dampak negatif yang akan terjadi. Selain itu, penelitian yang dilakukan tidak boleh membahayakan dan harus menjaga kesejahteraan manusia.
c.       Berkeadilan.
Dalam melakukan penelitian, setiap orang diberlakukan sama berdasar moral, martabat, dan hak asasi manusia. Hak dan kewajiban peneliti maupun subjek juga harus seimbang.
d.      Informed consent. 
Informed consent merupakan pernyataan kesediaan dari subjek penelitian untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian. Aspek utama informed consent yaitu informasi, komprehensif, dan volunterness. Dalam informed consent harus ada penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Baik mengenai tujuan penelitian, tatacara penelitian, manfaat yang akan diperoleh, resiko yang mungkin terjadi, dan adanya pilihan bahwa subjek penelitian dapat menarik diri kapan saja. Dalam Penelitian yang dilakukan harus menghargai kebebasan individual untuk bertindak sebagai responden atau subjek penelitian dalam melakukan survey di internet. Responden harus dijamin dan dilindungi karena pengambilan data dalam penelitian akan menyinggung ke arah hak asasi manusia. Meskipun suatu penelitian sangat bermanfaat namun apabila melanggar etika penelitian maka penelitian tersebut tidak boleh dilaksanakan.


3.      Hasil Penelitian Psikologi di Internet
Ø  Komputer dan Internet Mengubah Ingatan Manusia
Komputer dan internet mengubah sifat ingatan manusia, demikian kesimpulan penelitian yang dimuat di majalah Science. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa jika seseorang diajukan pertanyaan-pertanyaan sulit, mereka akan memikirkan komputer. Ketika mereka mengetahui bahwa berbagai fakta nantinya akan didapat lewat komputer maka ingatan mereka menjadi tidak begitu baik karena mereka mengetahui dapat mengandalkan sumber lain. Para peneliti mengatakan internet bertindak sebagai "ingatan transaktif". Penulis laporan Betsy Sparrow dari Universitas Columbia mengatakan ingatan transaktif "adalah ide adanya sumber ingatan luar-tempat penyimpanan di pihak lain". "Ada ahli-ahli hal tertentu dan kita membiarkan mereka bertanggung jawab atas informasi tersebut," katanya.
Penulis lain laporan Daniel Wegner, yang pertama kali mengusulkan konsep ingatan transaktif dalam bab sebuah buku berjudul Ketergantungan Kognitif pada Hubungan Dekat, menemukan pasangan yang sudah lama hidup bersama saling membantu saat mengingat sesuatu.
"Saya berpikir internet menjadi sebuah bentuk ingatan transaktif dan saya ingin mengujinya," kata Dr Sparrow.
Di mana, bukan apa
Bagian pertama pengkajian adalah menguji apakah peserta penelitian "langsung" memikirkan komputer dan internet begitu diajukan pertanyaan sulit. Tim menggunakan tes Stroop yang dimodifikasi.
Tes Stroop standar mengukur berapa lama waktu yang diperlukan partisipan untuk membaca sebuah kata warna sementara kata tersebut berbeda warna, misalnya kata "hijau" ditulis dengan warna biru. Waktu reaksi meningkat ketika, bukannya kata warna, para partisipan ditanyakan untuk membaca kata-kata tentang topik yang kemungkinan sudah ada dalam pikiran. Dengan cara ini tim peneliti menunjukkan bahwa, setelah diberikan topik dengan jawaban ya/tidak, waktu reaksi terhadap istilah yang terkait dengan internet sangat lebih lama. Ini adalah sebuah isyarat partisipan tidak mengetahui jawaban, dan mereka sudah mempertimbangkan untuk menjawab dengan menggunakan komputer.
Dalam percobaan lebih mendalam para peserta penelitian diberikan serangkaian fakta. Setengahnya diminta menyimpannya pada sejumlah folder di komputer, setengahnya diberitahu bahwa fakta-fakta tersebut akan dihapus. Ketika diminta untuk mengingat fakta tadi, kelompok yang mengetahui informasi tidak akan didapat lagi menunjukkan kinerja yang sangat lebih baik dibandingkan kelompok yang menyimpan fakta dalam berkas di komputer.
Tetapi kelompok yang mengharapkan informasi tersebut akan didapat nantinya, sangat bagus ingatannya dalam mengingat folder tempat penyimpanan informasi. "Ini mengisyaratkan bahwa dalam kaitan dengan berbagai hal yang bisa kita dapatkan di internet, kita cenderung menempatkan ingatan online kita cenderung menyimpannya di luar," kata Dr Sparrow.
Dia mengatakan kecenderungan partisipan untuk mengingat lokasi informasi, bukannya informasi itu sendiri, merupakan isyarat orang semakin tidak bisa mengingat sesuatu, mereka hanya mengatur penempatan informasi dalam jumlah besar agar nantinya mudah didapat.
"Saya tidak menganggap Google membuat kita bodoh, kita hanya mengubah cara mengingat. Jika kita bisa mendapatkannya di internet meskipun sedang berjalan-jalan, maka ketrampilan yang diperlukan, yang perlu diingat adalah ke mana harus mendapatkan informasi. Sama seperti dalam kaitannya dengan orang, ketrampilan yang diperlukan adalah mengingat siapa yang perlu ditemui (untuk mengetahui hal tertentu)," katanya.

Ø  Efek Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental
Beberapa waktu lalu muncul laporan mengenai tanda-tanda orang kecanduan Facebook atau situs jejaring sosial lainnya, misalnya Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman. Anda juga rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.
Laporan terbaru dari The Daily Mail menyebutkan, kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook atau MySpace juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan Anda saat ini.
Suatu hubungan mulai menjadi kering ketika para individunya tak lagi menghadiri sosial gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena "berpisah" dari komputernya.
Si pengguna akhirnya tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face-to-face. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan), demikian menurut Dr Aric Sigman dalam The Biologist, jurnal yang dirilis oleh The Institute of Biology.
Pertemuan secara face-to-face memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan yang lain.
Menurutnya, media elektronik juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. "Salah satu perubahan yang paling sering dilontarkan dalam kebiasaan sehari-hari penduduk Inggris adalah pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per hari. Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting menjadi berlipat."
Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, Anda dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer. Jika pada malam hari Anda masih sibuk mengomentari status teman Anda, Anda juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer juga akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.
Tidak heran jika Dr Sigman mengkhawatirkan arah dari masalah ini. "Situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang kami temukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah," tegasnya.
Namun, bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun.

Ø  Rajin Twitter-an Sama dengan Rajin Masturbasi
Penelitian: Rajin Twitter-an Sama dengan Rajin Masturbasi. Kebiasaan masturbasi bisa dilihat dari aktivitas seseorang di jejaring sosial khususnya Twitter. Survei membuktikan, seseorang yang rajin nge-tweet umumnya 2 kali lebih doyan melampiaskan hasrat seksualnya dengan tangan sendiri.
Survei tersebut dilakukan terhadap 21.315 pengguna situs perjodohan OK Cupid dengan rentang usia antara 18-24 tahun. Peneliti mengamati seberapa sering para responden beraktivitas di Twitter, lalu membandingkan dengan kecenderungannya untuk masturbasi.
Hasilnya cukup mengejutkan, sebagian besar responden dari kelompok yang rajin nge-tweet setiap hari mengaku sering masturbasi. Rasionya 2:1 bila dibandingkan dengan kecenderungan masturbasi pada kelompok responden yang hanya nge-tweet beberapa hari sekali.
Seorang pakar psikologi seksual dari Amerika Serikat, Dr Kat Van Kirk menduga penyebabnya adalah kemudahan akses terhadap ‘stimulasi visual’. Pengguna Twitter selalu terhubung dengan internet, sehingga lebih dekat dengan gambar atau video yang bisa merangsang birahi.
“Level komunikasi pada pengguna Twitter lebih tinggi dibanding yang lain. Jika mereka banyak waktu untuk nge-tweet, mereka pasti juga punya waktu untuk masturbasi,” ungkapnya seperti dikutip dari MensHealth.com, Senin (25/4/2011).
Meski begitu, tidak semua pakar sependapat dengan hasil survei tersebut. Pakar kesehatan reproduksi dari Indiana University, Debby Herbenick, PhD menilai survei informal semacam itu terlalu lemah untuk ditarik kesimpulan yang bisa berlaku umum. Terlebih, para pengguna Twitter cenderung bersifat lebih ekstrovert atau terbuka untuk menyampaikan pendapat. Tanpa metode yang valid, survei itu bisa saja diartikan bahwa para pengguna Twitter hanya lebih jujur mengakui kebiasaannya melakukan masturbasi.

4.      Teknik Penelitian Online
Teknik penelitian yang banyak digunakan pada penelitian online adalah teknik survey. Dalam kamus disebutkan pengertian survey, yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey lebih berarti sebagai suatu cara melakukan pengamatan di mana indikator mengenai variabel adalah jawaban-jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis. Survey biasanya dilakukan satu kali. Peneliti tidak berusaha untuk mengatur atau menguasai situasi. Jadi perubahan dalam variabel adalah hasil dari peristiwa yang terjadi dengan sendirinya.
Penelitian survey termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif , meskipun dalam survey sudah banyak dikembangkan menjadi penelitian-penelitian yang sudah mulai melakukan ‘inferensial’, melakukan prediksi tertentu. Contoh soal: Sensus penduduk biasanya dilakukan setiap lima tahun dan menjelang pemilihan umum. Di antara sensus yang dilakukan lima tahun sekali, biasanya dilakukan SUPAS (survey penduduk antar sensus). Karena hanya survey, maka berlaku teknik sampling. Tidak semua pendudiuk dijadikan responden. Dalam hal ini hasil survey diharapkan sanggup ‘menginferens, meramalkan dalam tingkatan tertentu terhadap situasi dan kondisi kependudukan pada umumnya.
Pada halaman berikutnya adalah bagan proses survey. Bagan seperti ini tidak harus selalu tetap alurnya, namun pada umumnya tidak akan berbeda jauh dengan kenyataan di lapangan, yaitu kegiatan sebelum, selama, dan setelah melakukann kegiatan penelitian di lapangan. Prosedurnya cukup rumit dan terkadang membingungkan peneliti, karena banyaknya arus atau alur kerja yang perlu dijalani. Mulai dari tahap merumuskan masalah hingga menyangkut penentuan wilayah penelitian, pengumpulan data dan analisis data, serta interpretasi data. Disamping itu masalah perijinan juga tidak bisa dianggap sepele, karena tanpa ijin dari instansi terkait, biasanya kegiatan penelitian mendapat banyak hambatan.
Ø  Survey sampling 
            Survey sampling artinya kegiatan survey yang menggunakan sampling. Di sini maksudnya adalah tidak semua unit analisis dalam populasi diamati satu per satu, akan tetapi hanya sebagian saja, yang diwakili oleh sampel. Proses pengambilan sampel dikenal dengan teknik sampling. Ukuran sampel bisa beragam karena bergantung kepada berbagai faktor dan pertimbangan, baik teknik maupun statistik.
Ø  Istilah teknis 
          Objek (atau subjek) penelitian disebut unit analisis, bisa berupa orang secara perorangan, kelompok, desa, kota, wilayah, jajaran katalog kartu, nomor klasifikasi, buku, dsb. Jumlah keseluruhan unit analisis ini disebut populasi atau universe. Setiap entitas (satuan) dari populasi yang merupakan sasaran sampling disebut sampling element (unsur sampling), baik tunggal maupun kolektif. Sedangkan yang dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar semua unit yang digambarkan dalam sampling secara lengkap.
Kalau populasinya adalah jumlah penduduk kota Bandung, maka kerangka samplingnya adalah seluruh penduduk tersebut dari nomor satu hingga ke nomor terakhir. Misalnya 3 juta penduduk. Berat bukan, jika tidak dilakukan sampling.
          Sampel adalah sebagian dari penduduk yang secara sampling ditetapkan menjadi unit sampling. Misalnya hanya 2500 orang. Itu adalah contoh sampling. Secara teknis hal ini akan dibicarakan pada bagian tersendiri.

Daftar Pustaka:


Reference:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar